Rabu, 10 Juni 2015

Sistem Informasi Manajemen (SIM) |ABDUR RASYID|

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


       Matakuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) mengajarkan para Mahasiswa untuk mengenal serta memahami konsep tentang sistem informasi manajemen, karakteristik, sistem informasi manajemen, komponen sistem informasi manajemen, sistem pengendalian intern, keterbatasan sistem informasi manajemen, pengguna dan konsep daur hidup sistem.

Tujuan :
    Matakuliah bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan pengetahuan mengenai fungsi manajemen proyek sistem informasi, dari sudut pandang penggunaan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengakhiran suatu proyek. Di harapkan Mahasiswa dapat memanfaatkan dan mengembangkan teknik-teknik manajemen proyek sistem informasi sehingga pemahaman yang dimiliki dapat menjadi landasan dalam perencangan dan pengembangan sistem informasi.

Pokok Bahasan:
      Menguasai pengertian konsep dasar proyek, fungsi dan batasan-batasannya. Memahami dasar-dasar/metode dalam menganalisa dan merancang suatu proyek sistem informasi. Mampu membut proposal pyorek sistem informasi dengan menggunakan perangkat lunak yang ada.
   BAB I   Konsep Dasar Sistem
   BAB II  Konsep Informasi
   BAB III Sistem Informasi Perusahaan
   BAB IV Informasi Dan Manajemen
   BAB V  Teknologi Informasi

Kesimpulan Ringkasan Pembelajaran:
      Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu entitas yang berinteraksi.
   Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk data yang lebih berguna bagi yang menerimanya. data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan.
     Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
   Sistem Informasi Manajemen definisi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi.
    Sumber Daya Informasi terdiri dari: Perangkat keras dan perangkat lunak komputer, spesialis informasi (analis sistem, pengelola database, spesialis jaringan, programer, operator), pemakai, fasilitas, data base dan informasi.  
      Beberapa manfaat atau fungsi sistem informasi manajemen antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat.
2. Menjamin tersedianya kualitas keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
5. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.

Selasa, 31 Maret 2015

Informasi Umum Kota Palangkaraya |ABDUR RASYID|



A.    Latar Belakang Kota Palangka Raya
       1.     Geografis
Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113˚30`- 114˚07` Bujur Timur dan 1˚35`- 2˚24` Lintang Selatan, dengan luas wilayah 2.678,51  (267.851 Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari 40%. Secara administrasi Kota Palangka Raya berbatasan dengan:
Sebelah Utara    :  Dengan Kab. Gunung Mas
Sebelah Timur   :  Dengan Kab. Pulang Pisau
Sebelah Selatan :  Dengan Kab. Pulang Pisau
Sebelah Barat    :  Dengan Kab. Katingan

                                                      

Wilayah Kota Palangka Raya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Kecamatan Sabangau, Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Rakumpit.

2.      Luas Wilayah Menurut Penggunaannya
 

Kawasan Hutan        :   2.485,75 km²
Tanah  Pertanian       :       12,65 km²
Perkampungan          :       45,54 km²
Perkebunan               :       22,30 km²
Sungai & Danau       :        24,86 km²
Lain-lain                   :        69,41 km²

                          Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka 2009

3.  Geologi  
  
Formasi geologi yang ada di wilayah Kota Palangka Raya tersusun atas formasi   Aluvium (Qa) (tersusun dari bahan-bahan liat kaolinit dan debu bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas, merupakan endapan sungai dan rawa) dan formasi Batuan Api (Trv) (tersusun dari batuan breksi gunung api berwarna kelabu kehijauan dengan komponennya terdiri dari andesit, basalt dan rijang. Selain kedua formasi tersebut, wilayah Kota Palangka Raya juga termasuk ke dalam formasi Dahor (TQd) (tersusun atas sebagian besar pasir kuarsa dengan dasar lempung, pada beberapa tempat terdapat sisipan konglomerat yang komponennya berupa batuan malihan, granit dan lempung).

4.   Demografi 
Penduduk utama adalah suku dayak yang mengguanakan lingua franca bahasa dayak ngaju. setelah Kalimantan Tengah terbentuk kegiatan pembangunan mulai dilaksanakan. Jalan-jalan mulai dibangun di Palangka Raya yang wilayahnya sebagian besar masih berupa hutan rimba belantara dan rawa, seperti jalan dengan empat puluh meter yang menghubungkan kota Palangka Raya dan Tangkilimg. Kemudian prasarana lainnya juga dibangun seperti pembuatan bandara udara di Palangka Raya dan Pangkalanbun. Untuk daerah - daerah  yang belum mempunyai bandara, pesawat terpaksa mendarat di air. Penerukan untuk pembuatan terusan yang menghubungkan suatu sungai besar dengan sungai lainnya mulai dilaksanakan, misalnya terusan Basarang yang kemudian diberi nama terusan Milono. Untuk mempersiapkan irigasi bagi program transmigrasi dari Jawa, Bali dan sebagainya.

5.  Iklim 
Curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya selama 10 tahun terakhir (1997 -2006) berkisar dari 1.840 - 3.117 mm dengan rata-rata sebesar 2.490 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan kelembaban rata-rata tahunan sebesar 83,08%. Temperatur rata-rata adalah 26,880 C, minimum 22,930 C dan maksimum 32,520 C.

6. Tanah
Tanah-tanah yang terdapat di wilayah Kota Palangka Raya dibedakan atas tanah mineral dan tanah gambut (Histosols). Berdasarkan taksonomi tanah (soil survey staff, 1998) tanah–tanah tersebut dibedakan menjadi 5 (lima) ordo yaitu histosol, inceptosol, entisol, spodosol dan ultisol. 


B. Seni Budaya Palangkaraya
  1. Rumah Adat Betang 

Pada masa lalu, kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan itu hidup secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).
Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.
Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.
Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa di dalamnya, sudah dapat dipastikan suasana yang ada di dalamnya. Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.
Pada halaman depan Betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan Betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.
Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah.
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai 'teman' yang setia pada saat berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.
Sangat patut disayangkan seiring dengan modernisasi bangunan-bangunan masa sekarang, Betang kini hampir di ujung kepunahan, padahal Betang merupakan salah satu bentuk semangat serta perwujudan dari sebuah kebersamaan suku Dayak. Mungkin nanti Betang akan benar-benar punah tetapi merupakan tanggung jawab kita kepada leluhur untuk tetap mempertahankan semangat Huma Betang. Patut kita sadari di dalam diri ini pasti terdapat rasa untuk tetap memperjuangkan kebudayaan dari leluhur.

 
 



 2. Sipet: Senjata Sumpit Dayak
Sumpit atau lebih dikenal di daerah Kalimantan Tengah dengan sebutan sipet adalah salah satu senjata yang sering digunakan oleh suku Dayak maupun oleh masyarakat Melayu. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 218 yard atau sekitar 200 meter.
Dilihat dari bentuknya sumpit, sumpit memiliki bentuk yang bulat dan memiliki panjang antara 1,5-2 meter, berdiameter sekitar 2-3 sentimeter. Pada ujung sumpit ini diolah sasaran bidik seperti batok kecil seperti wajik yang berukuran 3-5 sentimeter. Pada bagian tengah dari sumpit dilubangi sebagai tempat masuknya damek (anak sumpit). Pada bagian bagian atas sumpit lebih tepatnya pada bagian depan sasaran bidik dipasang sebuah tombak atau sangkoh (dalam bahasa Dayak). Sangkoh terbuat dari batu gunung yang lalu diikat dengan anyaman uei (rotan).

Jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat sumpit pada umumnya adalah kayu tampang, kayu ulin atau tabalien, kayu plepek, dan kayu resak. Tak ketinggalan juga tamiang atau lamiang, yaitu sejenis bambu yang berukuran kecil, beruas panjang, keras, dan mengandung racun. Tidak semua orang memiliki keahlian dalam membuat sumpit atau sipet. Di Pulau Kalimantan saja hanya ada beberapa suku saja yang memiliki keahlian dalam pembuatan sumpit, yaitu suku Dayak Ot Danum, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang, dan suku Dayak Pasir.
Dalam proses pembuatan sumpit atau sipet dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama ketrampilan tangan dari sang pembuat. Cara kedua, yaitu dengan menggunakan tenaga dari alam dengan memanfaatkan kekuatan arus air riam yang dibuat menjadi semacam kincir penumbuk padi. Harga jual sumpit atau sipet telah ditentukan oleh hukum adat, yaitu sebesar jipen ije atau due halamaung taheta.
Menurut kepercayaan suku Dayak sumpit atau sipet ini tidak boleh digunakan untuk membunuh sesama. Sumpit atau sipet hanya dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti berburu. Sipet ini tidak diperkenankan atau pantang diinjak-injak apalagi dipotong dengan parang karena jika hal tersebut dilakukan artinya melanggar hukum adat, yang dapat mengakibatkan pelakunya akan dituntut dalam rapat adat.

                 

 

          3. Mandau


Pada zaman dulu jika terjadi peperangan, suku Dayak pada umumnya menggunakan senjata khas mereka, yaitu mandau. Mandau merupakan sebuah pusaka yang secara turun-temurun yang digunakan oleh suku Dayak dan diaanggap sebagai sebuah benda keramat. Selain digunakan pada saat peperangan mandau juga biasanya dipakai oleh suku Dayak untuk menemani mereka dalam melakukan kegiatan keseharian mereka, seperti menebas atau memotong daging, tumbuh-tumbuhan, atau benda-benda lainnya yang perlu untuk di potong.
Biasanya orang awam akan sering kebingungan antara mandau dan ambang. Orang awam atau orang yang tidak terbiasa melihat atau pun memegang mandau akan sulit untuk membedakan antara mandau dengan ambang karena jika dilihat secara kasat mata memang keduanya hampir sama. Tetapi, keduanya sangatlah berbeda. Namun jika kita melihatnya dengan lebih detail maka akan terlihat perbedaan yang sangat mencolok, yaitu pada mandau terdapat ukiran atau bertatahkan emas, tembaga, atau perak dan mandau lebih kuat serta lentur, karena mandau terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dan diolah oleh seorang ahli. Sedangkan ambang hanya terbuat dari besi biasa, seperti besu per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan atau batang besi lain.
Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau harus disimpan dan dirawat dengan baik ditempat khusus untuk penghormatan. Karena suku Dayak yakin bahwa mandau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi pemiliknya dari serangan atau niat jahat dari lawan-lawannya. Dan mandau juga diyakini dijaga oleh seorang perempuan, dan jika pemilik mandau tersebut bermimpi bertemu dengan perempuan yang menghuni mandau, berarti sang pemilik akan mendapatkan rejeki.
Mandau selain dibuat dari besi batuan gunung lalu diukir, pulang atau hulu mandau (tempat untuk memegang) dibuat berukiran dengan menggunakan tanduk kerbau untuk yang pulang-nya berwarna hitam. Dan menggunakan tanduk rusa untuk pulang yang berwarna putih. Pembuatan pulang dapat juga menggunakan kayu kayamihing. Pada bagian ujung dari pulang diberi atau ditaruh bulu binatang atau rambut manusia. Untuk dapat melengkatkan sebuah mandau dengan pulang dapat menggunakan getah kayu sambun yang terbukti sangat kuat kerekatannya.Setelah itu kemudian diikat lagi dengan jangang, namun jika jangang sulit ditemukan dapat menggunakan uei (anyaman rotan).
Besi mantikei yang digunakan untuk bahan baku pembuatan mandau dapat ditemukan didaerah Kerang Gambir, sungai Karo Jangkang, sungai Mantikei anak sungai Samba simpangan sungai Katingan, dan desa Tumbang Atei.
Tidak lengkap kiranya jika mandau tidak memiliki kumpang. Kumpang ialah sebutan sarung untuk mandau, kumpang mandau merupakan tampat masuknya mata mandau biasanya dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang mandau diberi tempuser undang, yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uei (rotan). Pada bagian depan kumpang dibuat sebuah sarung kecil tempat menyimpan langgei puai. Langgei puai adalah sejenis pisau kecil sebagai pelengkap mandau. Tangkainya panjang sekitar 20 cm dari mata anggei, bentuknya lebih kecil dari pada tangkainya. Fungsi dari langgei puai adalah untuk menghaluskan atau membersihkan benda-benda, contohnya rotan. Sarung atau kumpang langgei selalu melekat pada kumpang mandau. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara mandau dan langgei puai adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

   



4. Pakaian Adat Palangkaraya
                                                        


  •    Baju Kalambi Barun Rakawan. Yaitu jenis pakaian yang dipakai pad saat upacar adat, khususnya pada saat acara tiwah.

  • Salingkat Sangkurat Benang Ranggam Malahui. Yaitu jenis pakaian yang dipakai pada saat acara adat khususnya pada saat upacar tiwah.
  •  Ewah Bumbun. Yaitu semacam cawat yang digunakan dalam upacara adat berwarna kuning.

  •  Sampah ukong. Yaitu jenis pakaian yang terbuat dari bahan kajang ukong.

  • Sampah Angang. Yaitu sejenis topi pisur waktu menaur.

  •  Lawung Sansulai Dare Nucung Dandang Tingang. Yaitu sejenis ikat kepala yang digunakan pada saat upacar adat, khususnya upacara adat tiwah dan sebagainya.

  • Sakarut/Sangkarut. Yaitu semacam rompi dan dibagian sebelah, dalam banyak terdapat jimat.
 

5. Kerajinan Tangan (Kesenian) Palangkaraya
  • Tangoi ialah penutut kepala atau sejenis topi berukuran lebaar. Lebar tangoi biasanya mencapai 50 cm, gunanya untuk menutupi kepala dari panas mantahari. Bahan yang digunakan untuk membuat topi ialah rotan, atau daun rais. Biasanya topi digunakan untuk berpergian, berladang, menangkap ikaan dan lain-lain.
  • Amak adalah tikar yang gunanya sebagai ala duduk, ataupun alas tidur. Ukurannya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, yang dibuat dari anyaman rotan, daun aris, taupun daun purun. Amak yang terbuat dari anyaman rotan yang diraut halus biasanya bermotif. Namun untuk amak yang terbuat dari rais ataupun purun biasanya tanpa motif yang lebih populer disebaut lampit.
  • Kasai adalah bedak dingin yang biasa digunakan tidak hanya kaum perempuan tetapi juga digunakan oleh kaaum laki-laki. Disamping untuk merawat kulit,kasai juga bermanfaatuntuk melindungi kulit dari sengatan sinar mata hari.
  • Bulu burung sering digunakan untuk asesoris , yang terkadang dipasang pada Mandau.



C. Kuliner Masakan Khas Palangkaraya


Seperti umumnya suku-suku di Nusantara, demikian pula suku Dayak, makanan utama mereka adalah nasi, yang dilengkapi dengan sayur  mayor serta lauk pauknya. Uraian singkat cara suku dayak mengolaah baahan makanan untuk menjadi santapan harian mereka.Kuliner masakan khas daerah Dayak  Diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Beras 
  • Bari atau naasi putih yang merupakan makanan pokok berasal dari beras dengan bermacam cara mengolahan untuk dapat dimakan. Dimasak dengan mempergunakan kenceeng, kukusan yang terbuat dari rotan bambu atau dibuat ketupat. 
  • Bari Tanihi yaitu nasi yang dimasak dalam baambu, dan dibungkus dawen tewu.
  •  Bari Bahenda atau nasi kuning 
  • Bubur Nasi, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan peerbandingaan satu banding empat, dicampurr santan kelapa, gula merah, dan madu 
  • Kangkuyau yaitu bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan perbandingan satu banding empat, diberi sedikit garam 
      2.   Pulut Atau Ketan
         

  • Lamang sejenis makanan yang dimasak di dalam bambu yang dilapisi daun pisang, diberi santan kelapa dan garam secukupnya

  • Pulut Kukusan sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus. Biasanya pulut kukusan dimakan bersama inti yaitu parutan kelapa dicampur gula merah dan dimasak di api

     3.    Ubi Kayu  

  • Luntuh Jawau yaitu ubi kayu rebus 
  • Kangkalut, Yaitu makanan yang terbuat dari singkong


       4.   Sayur Mayur  


  • Juhu Dawen Kayu. Yaitu sayur berkuah dedaunan yang dapat dimakan 
  • Juhu Ujau. Yaitu kuah umbut umbutan. 
  • Juhu Dawen Saretak. Yaitu sayur berkuah daun kacang panjang. 
  • Juhu Singkah. Yaitu kuah rotan muda, rasanya agak pahit. 
  • Juhu Bua Pisang. Yaitu gulai buah pisang muda dengan Kuah santan. 
  • Juhu Dawen Kajau. Yaitu kuah daun singkong, boleh bersantan boleh tidak bersanta. 
  • Juhu Taya / Bengkel. Yaitu Sayur kuah taya mempunyai rasa pahit 
  • Dawen Maitu sayur daun kates muda, yang biasanya dicampur dengan lemak babi.

      5. Lauk Pauk 



  • Panggang Yaitu makanan daging binatang atau ikan yang telah dibersihkan diberi garam dan dibakar di bara api sampai matang. Untuk ikan kecil ditusuk seperti sate. Khusus untuk jenis ikan saluang yaitu sejenis ikan saluang yaitu sejenis ikan kecil yang sangat populer bagi orang dayak, pantang dibakar. 
  • Tanak Ialah jenis masakan yang terdiri dari ikan atau daging atau jeroan yang telah dibersihkaan dan dipotong kecil-kecil, dicampur bumbu-bumbu seperti di atas, diberi air hanya sedikit dimasak hingga matang. Lawar dan tanak hanya tanak kunirnya lebih banyak. Dapat dimakan sebagai sebagai teman nasi atau ketan.
  • Burup. Burup sama dengan tanak namun harus terbuat dari bahan ikan bukan daging.